Admin

SELAMAT DATANG

Selamat datang di Coretan RD - saya senang Anda berada di sini, dan berharap Anda sering datang kembali. Silakan Berlama - Lama di sini dan membaca lebih lanjut tentang artikel yang Kami susun. Ada banyak hal tentang kami, Anda mungkin akan menemukan sesuatu yang menarik

Sekilas Tentang Admin

Nama saya Rilvan, Saya Bukan Seorang Blogger, Desainer atau Apapun Tapi Saya Hanya Seseorang Yang Ingin Selalu Belajar dan Ingin Tahu Sesuatu Yang Baru...

Welcome to My Blog Jangan lupa berikan saran kritik Anda terima kasih

Senin, 11 Juli 2011

Daftar Isi




Baca Selengkapnya...

Minggu, 10 Juli 2011

Artikel Skripsi by Rilvan Uzwardani

PENERAPAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN SAINS “SIFAT-SIFAT CAHAYA” DI SDN POHSANGIT NGISOR KABUPATEN PROBOLINGGO

Rilvan Uzwardani*

Anselmus J.E Toenlioe**

Agus Wedi***

*Alumnus TEP FIP Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145,

e-mail : realdea_12@ymail.com / 085655948080

**Jurusan TEP FIP Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145,

e-mail :

***Jurusan TEP FIP Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145,

e-mail :

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah: Meneliti penerapan CTL untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran Sains. Meneliti penerapan CTL untuk meningkatkan hasil belajar dalam pelaksanaan pembelajaran Sains. Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas dalam penerapan CTL pada pembelajaran sains siswa kelas V dengan pokok bahasan sifat-sifat cahaya yang dilaksanakan pada 2 siklus. Dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan tes. Dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian dalam pelaksanaan tindakan siklus I terdapat kekurangan pada aspek appersepsi atau motivasi, pengelolaan kelas yang dilakukan guru belum maksimal, waktu yang kurang efisien, siswa kurang aktif dalam bertanya dan menjawab, pemodelan pembelajaran oleh guru yang kurang. Dilakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Sehingga pada pelaksanaan tindakan siklus II proses belajar mengajar pada aktivitas dan hasil belajar siswa lebih baik.

Kata Kunci: penerapan ctl, aktivitas, hasil belajar.

Mata pelajaran Sains merupakan pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga Sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi merupakan suatu proses penemuan. Menurut Johnson (2010: 35) sebagian besar tugas seorang guru adalah menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Jadi pelajaran yang guru ajarkan dapat siswa manfaatkan dengan melakukan penemuan sendiri sehingga siswa dapat memperoleh pengetahuannya sendiri pula. Namun pada kenyataannya di lapangan penulis melakukan penelitian untuk mengobservasi pembelajaran yang berlangsung di SDN Pohsangit Ngisor Kabupaten Probolinggo melalui observasi wawancara kepada guru kelas V yaitu Bapak Slamet Nuryana, S.Pd pada tanggal 3 Februari 2011, diperoleh sejumlah kesimpulan berikut.

Guru masih menggunakan metode konvensional dalam menerapkan pelajaran sains meskipun guru sebenarnya memahami tentang beberapa teori metode pengajaran. Sehingga permasalahan yang muncul siswa kurang aktif atau siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran. Suasana kelas tampak ramai atau gaduh. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung siswa merasa takut untuk mengajukan pertanyaan dan pendapat untuk menjawab pertanyaan baik dari guru maupun siswa lainnya.

Pada umumnya guru adalah orang yang merasa serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa, karena dalam pelaksanaan proses belajar mengajar guru cukup dengan mempelajari melalui buku yang kemudian disampaikan kepada siswa. Ini merupakan permasalahan karena siswa hanya dapat menerima materi dari guru, sehingga siswa hanya terdiam dan bersikap pasif atau tidak aktif selama pembelajaran berlangsung. Dalam proses pembelajaran, guru pada umumnya masih menerapkan metode tradisonal. Pengajaran selama di kelas guru menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi pelajaran. Menurut Piaget (dalam Hasibuan dan Mudjiono, 1994) pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungan. Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Jadi dengan mengetahui permasalahan dari observasi yang peneliti lakukan. Peneliti melakukan perbaikan pada pembelajaran di SDN Pohsangit Ngisor dengan penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Menurut Komalasari (2010) Pembelajaran Kontekstual merupakan konsep belajar mengajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikan pendekatan yang diterapkan dalam pembelajaran Sains adalah memadukan antara pengalaman proses pengetahuan alam dan pemahaman produk pengetahuan alam yang siswa lakukan. Agar siswa lebih memperoleh pengetahuan yang lebih dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Johnson (2010) “CTL adalah suatu pendekatan pendidikan yang berbeda, melakukan lebih daripada sekadar menuntun para siswa dalam menggabungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan mereka sendiri”. Kelebihan dari pendekatan ini adalah hasil pembelajaran diharapkan alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dengan konsep tersebut guru tidak hanya sekedar memberikan informasi tetapi lebih banyak berurusan dengan strategi untuk membantu siswa mencapai tujuannya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan aktivitas belajar siswa dan peningkatan hasil belajar siswa selama dilakukan tindakan dengan penerapan CTL. Sehingga manfaat yang diharapkan (1) bagi siswa, memudahkan dalam memahami dan menguasai konsep sifat-sifat cahaya melalui pengalaman nyata dalam pembelajaran; (2) Bagi guru, memberi konsep yang jelas mengenai pendekatan kontekstual sebagai upaya untuk mengembangkan ilmu pendidikan; (3) Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, sebagai salah satu acuan dalam upaya meningkatkan mutu sekolah secara institusional; (4) bagi peneliti, memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian ini serta menambah wawasan untuk kemampuan bagi penulis dalam permasalahan di bidang pendidikan.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas. Menurut Aqib (2006) dalam bahasa inggris PTK diartikan Classroom Action Research, disingkat CAR. Oleh karena ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut yaitu penelitian untuk mencermati objek, tindakan yaitu sesuatu kegiatan gerak, Kelas sekelompok orang yang sedang belajar. Menurut Arikunto, dkk (2010) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan melalui proses dinamis yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi Alur (langkah). Penelitian tindakan kelas diharapkan mampu mengatasi hambatan dan kelemahan metode penelitian pada umumnya. Metode pengumpulan data sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian, karena dengan penggunaan atau pemilihan metode pengumpulan data yang tepat akan diperoleh data yang relevan, akurat, dan reliabel.

Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Pohsangit Ngisor dengan menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tipe kolaborasi. Kehadiran peneliti pada penelitian ini sebagai observer atau sebagai peneliti. Tugas peneliti adalah memperbaiki proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dan guru sebagai pelaksana tindakan selama proses belajar mengajar berlangsung di kelas. Subjek penelitian yaitu siswa kelas V dengan jumlah siswa ada 35 siswa dan guru sebagai pelaksana tindakan. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) metode observasi; (2) metode wawancara; (3) metode dokumentasi dan (4) metode test. Pelaksanaan penelitian ini diterapkan pada pembelajaran Sains pokok bahasan “Sifat-sifat cahaya” kelas V dengan pelaksanaan tindakan per siklus yaitu siklus I dan berakhir pada siklus II untuk sesuai dengan peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa yang lebih baik per siklusnya.

HASIL

Hasil analisis data deskriptif dari pelaksanaan sebelum diberikan tindakan yaitu aktivitas siswa kelas V SDN Pohsangit Ngisor pada pembelajaran Sains menunjukkan aktivitas siswa rendah. Pengamatan yang peneliti lakukan selama pembelajaran berlangsung yaitu saat pembelajaran di mulai dan sampai akhir pembelajaran berakhir. Hasil observasi pada aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung siklus I. Aspek yang di amati mencangkup aktivitas siswa secara keseluruhan kelas, Aktivitas siswa dalam diskusi kelompok secara individu.

Berdasarkan analisa data aktivitas belajar siswa kelas V pada pembelajaran Sains pokok bahasan “Sifat-sifat cahaya” dapat diketahui perbandingan atau peningkatan pada pelaksanaan siklus I dan siklus II sebagai berikut :

Dari data hasil pengamatan deskripsi aktivitas siklus I pelaksanaan pembelajaran sains masih ada kekurangan tentang :

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator Kedisiplinan siswa mulai displin masuk kelas tepat waktu melakukan salam dan berdoa sebelum pelajaran berlangsung Namun Sikap sopan selama pelajaran berlangsung perlu adanya nasehat yang perlu ditingkatkan.

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator Kesiapan siswa menerima pelajaran sudah mengalami peningkatan terutama perhatian siswa kepada guru saat pelajaran berlangsung.

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator Keaktifan siswa sudah lebih baik pada saat mengikuti proses pembelajaran, mengemukaan pendapat, bertanya, dan berinteraksi aktif dalam diskusi

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator kemampuan siswa melakukan praktek dan diskusi yaitu pelaksanaan praktikum yang dilakukan siswa sudah mengalami peningkatan namun siswa perlu mempertimbangkan waktu yang disediakan guru agar hasil kerja kelompok maksimal

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator keadaan siswa dengan lingkungan belajar saat pelajaran berlangsung siswa sudah merasakan senang dan mengikuti pelajaran dengan baik itu terlihat antusias siswa mengikuti pelajaran. Namun lingkungan kelas yang ramai siswa sulit menerima materi yang dipelajari

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator kemampuan siswa mengerjakan test yaitu siswa sudah mampu mengerjakan test sendiri namun perlu adanya peningkatan belajar terhadap siswa agar siswa lebih serius mengerjakan soal test dengan tepat waktu

· Pada Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan indikator kegiatan siswa di akhir pelajaran yaitu pada akhir pelajaran siswa bersama-sama melakukan kesimpulan dan perbaikan selama praktikum dilaksanakan bersama kelompok dengan baik.

Dari data hasil pengamatan deskripsi aktivitas siklus I pelaksanaan pembelajaran sains masih ada kekurangan tentang kedisiplinan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, waktu yang dipergunakan dalam diskusi dan mengerjakan soal test, lingkungan belajar yang masih kurang kondusif.

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan tindakan siklus II dapat disimpulkan sebagai berikut :

· Pada pelaksanaan siklus II guru lebih mengarahkan siswa untuk menggali pengetahuan melalui bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru atau siswa lainnya. Sehingga siswa lebih tampak aktif dan kritis dalam mengomentari hasil kerja kelompok.

· Guru sudah dapat mengelola kelas dengan baik. Se­hingga siswa nyaman mengikuti pelajaran serta memperhatikan penjelasan guru dengan lebih semangat. Suasana kelas sudah tidak ramai karena guru mampu mengkondisikan kelas dengan kondusif.

· Guru lebih kreatif dalam membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung dengan memberikan pemodelan dengan berbagai sumber. Sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran sains dengan baik dan dapat menyerap pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

· Guru lebih membimbing dan mengarahkan siswa dalam kerjasama kelompok. Sehingga siswa dapat menemukan sendiri pengetahuan dari praktikum kelompok secara aktif dan siswa senang, tidak bosan dalam mempelajari pelajaran sains.

· Hasil dari nilai aktivitas dan hasil belajar siswa lebih meningkat dari pelaksanaan pembelajaran sebelumnya.

Dari data hasil pengamatan deskripsi aktivitas siklus II pelaksanaan pembelajaran sains sudah terlaksana dengan baik mulai awal kegiatan sampai akhir kegiatan pembelajaran dan perlu adanya peningkatan aktivitas siswa lagi selama pembelajaran berlangsung.

Tabel 4.10 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Kelas V SDN Pohsangit Ngisor pada Siklus I dan Siklus II

Aktivitas Siswa

Siklus I

Siklus II

Sangat aktif

11,1 %

22,2 %

Aktif

55,5 %

66,6 %

Cukup aktif

22,2 %

11,1 %

Kurang aktif

11,1 %

-

Jumlah

100%

100%

Berdasarkan Tabel 4.10 Perbandingan Aktivitas Belajar Siswa Kelas V SDN Pohsangit Ngisor pada Siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Maka dengan ini penerapan CTL pada siswa kelas V sudah terlaksana dengan baik

Tabel 4.11 Peningkatan Aktivitas Sikap Siswa Dalam Diskusi Kelompok Pada Siklus I dan II

Indikator

Siklus I

Siklus II

Baik

Cukup

Kurang

Baik

Cukup

Kurang

Kedisiplinan

51,4 %

45,7 %

2,85 %

85,7 %

11,4 %

2,8 %

Tanggungjawab

51,4 %

40 %

8,5 %

85,7 %

14,2 %

2,8 %

Toleransi

45,71%

37,14 %

17,14 %

60 %

37,1 %

2,8 %

Kerjasama

57,14%

40 %

2,85 %

60 %

40 %

-

Perhatian

62,85%

37,14 %

-

74,2 %

25,7 %

-

Jumlah

268,5

200

31,4

Rata-rata

53,7 %

40 %

6,2 %

72,5 %

25,7 %

1,7 %

Berdasarkan Tabel 4.10 Peningkatan Aktivitas Sikap Siswa Dalam Diskusi Kelompok Pada Siklus I dan II mengalami peningkatan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Maka dengan ini penerapan CTL pada siswa kelas V sudah terlaksana dengan baik

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I diketahui hasil belajar siswa pada saat diberikan soal test sebelum (pre test) pelaksanaan Siklus I dengan sesudah (post test) yaitu hasil belajar dari materi pelajaran yang sudah diterima siswa sebagai berikut :

Tabel 4.5 hasil belajar siswa dalam pelaksanaan tindakan siklus I

Pelaksanaan test

Jumlah Siswa

Ketuntasan Siswa

Tidak tuntas

Rata-rata Kelas

Pre Tes I

35

40 %

60%

63,7

Pos Test I

35

74,3 %

25,7 %

70,8

Berdasarkan tabel diketahui bahwa pelaksanaan sebelum dilakukan tindakan yaitu Ketuntasan siswa kelas V belum tuntas secara klasikal karena ketuntasan siswa ≤ 85% (kurang dari 85%).

Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dan II diketahui hasil belajar siswa pada saat diberikan soal test sebelum (pre test) pelaksanaan Siklus I dan II dengan sesudah (post test) yaitu hasil belajar dari materi pelajaran yang sudah diterima siswa sebagai berikut :

Tabel 4.12 Peningkatan hasil belajar siswa dalam pelaksanaan tindakan Siklus I dan II

Pelaksanaan Tindakan

Ketuntasan Siswa (%)

Tidak tuntas (%)

Rata-rata Kelas

Data Nilai Ulangan Siswa Dari Sekolah

28,57 %

71,42 %

64

Pre test Siklus I

40 %

60 %

63,7

Post Test Siklus I

74,3 %

25,7 %

70,8

Pre test Siklus II

51,4 %

48,6 %

64,5

Post Test II

88,6 %

11,4 %

79,4

Berdasarkan tabel peningkatan hasil belajar siswa kelas V SDN Pohsangit Ngisor ketuntasan siswa pada data ulangan sekolah 28,57% , pada siklus I peneliti juga melakukan pretest dengan ketuntasan 40% dan post test 74,3 % dengan selisih peningkatan 34,3 sedangkan siklus II ketuntasan pada pelaksanaan pre test 51,4 % dan post test 88,6 % dengan selisih peningkatan 37,2. Tidak tuntas pada pada data ulangan sekolah ada 71,42 %, pada siklus I pretest 60 % dan post test 25,7 % dengan selisih peningkatan 34,3. Sedangkan siklus II angka tidak tuntas pada pre test 48,6 % dan post test 11,4 % dengan selisih peningkatan 37,2. Rata-rata kelas pada data ulangan sekolah 64, pada siklus I rata-rata kelas pre test ada 63,7 dan post test 70,8 dengan selisih peningkatan 7,1. Sedangkan nilai rata-rata siklus II rata-rata kelas pre test ada 63,7% dan post test 79,4 dengan selisih peningkatan 14,9.

Kesimpulannya pada hasil belajar untuk pelaksanaan Siklus I dan II sudah mengalami peningkatan dalam ketuntasan siswa hasil belajar. Hal ini berarti hasil belajar siswa kelas V melalui penerapan CTL dapat meningkatkan hasil belajar.

PEMBAHASAN

Pembahasan pada penelitian ini yaitu tentang penerapan CTL (contextual teaching and learning) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran sains “Sifat-sifat cahaya” di SDN Pohsangit Ngisor Kabupaten Probolinggo. Berdasarkan data dari penemuan peneliti selama proses belajar mengajar yang berlangsung dari tiap tindakan, meliputi peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kinerja guru dalam mengelola pembelajaran, peningkatan hasil belajar siswa selama pembelajaran.

Peningkatan aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sains dimulai sebelum diberikan tindakan yaitu ditemukan kurangnya aktivitas siswa serta hasil belajar siswa selama belajar mengajar berlangsung dan hasil belajar dibawah SKM masih banyak. Sehingga pada pelaksanaan tindakan siklus I, dari permasalahan tersebut dijadikan pedoman bagi penulis dan guru.

Hasil analisis data deskriptif dari pelaksanaan sebelum diberikan tindakan yaitu aktivitas siswa kelas V SDN Pohsangit Ngisor pada pembelajaran Sains menunjukkan aktivitas siswa rendah. Pengamatan yang peneliti lakukan selama pembelajaran berlangsung yaitu saat pembelajaran di mulai dan sampai akhir pembelajaran berakhir. Kedisiplinan siswa pada saat masuk kelas tidak tepat waktu, sikap sopan siswa selama pembelajaran masih kurang sehingga menyebabkan kelas ramai karena siswa sering bergurau, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran masih kurang. Siswa kurang perhatian pada saat guru menjelaskan materi pembelajaran, keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar belum baik dikarenakan keaktifan siswa yang kurang pada saat bertanya, menjawab dan berinteraksi kepada siswa atau guru, kemampuan siswa melakukan praktikum yaitu tidak terlaksana dengan baik, siswa cenderung banyak bergurau dan tidak serius dalam pelaksanaannya sehingga keadaan lingkungan belajar siswa tidak nyaman. Siswa merasa bosan dengan pelajaran sains, dan tidak adanya motivasi atau semangat dalam diri siswa mengikuti pelajaran sains karena siswa pada kenyataannya kurang terlibat langsung pada berbagai kegiatan selama belajar. Guru hanya memberikan soal test kepada siswa dengan materi yang disampaikannya. Namun materi belum di pahami oleh siswa. Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa masih pasif mengikuti pembelajaran. Dalam hal ini guru lebih dominan mengajar ketimbang aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung sehingga tidak nampak akan keaktifan siswa.

Sehingga dari permasalahan pembelajaran sebelum diberikan tindakan, peneliti bersama guru melakukan perbaikan dan menerapkan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning). Diharapkan dengan penerapan CTL siswa dapat meningkatkan keaktivan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Johnson (2010) CTL membantu para siswa menemukan makna dalam pelajaran mereka dengan cara menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan keseharian mereka. Mereka membuat hubungan-hubungan penting yang menghasilkan makna dengan melaksanakan pembelajaran yang di atur sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, menghargai orang lain, mencapai standar tinggi dan berperan serta dalam tugas-tugas penilaian autentik.

Pelaksanaan tindakan siklus I pada penerapan CTL sudah mengalami peningkatan keaktifan siswa dari awal dimulai pembelajaran siswa sudah mulai masuk kelas tepat waktu. Siswa sudah memperhatikan penjelasan guru dalam mengikuti proses pembelajaran. Namun bimbingan dan kreatif guru dalam mengelola kelas harus diperhatikan agar suasana lingkungan belajar siswa lebih kondusif. Ini terbukti pada pelaksanaan tindakan siklus II. Bahwa pelaksanaan pembelajaran mulai banyak peningkatan terutama peningkatan aktivitas siswa dari tiap siklus. Pada pengamatan aktivitas siswa kelas V dalam mengikuti pembelajaran sains, di dapatkan data pada siklus I aktivitas siswa dengan kategori sangat aktif mencapai 11,1 %, aktif 55,5 % Namun pada pelaksanaan pembelajaran masih ada siswa mendapatkan kriteria cukup 22,2 % dan kurang aktif 11,1 %. Sehingga dari kekurangan yang didapat pada siklus I diperbaiki dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II. Sehingga pada siklus II peningkatan nilai siswa meningkat untuk kriteria sangat aktif 22,2 % atau naik 11,1 , aktif 66,6 % atau naik 11,1 cukup 11,1 % dan siswa kurang aktif sudah tidak tampak .

Hal ini juga mengalami peningkatan pada penilaian aktivitas sikap siswa dalam diskusi kelompok pada siklus I dengan perolehan kriteria baik dengan rata-rata 53,7 %, cukup 40 % dan kurang 6,2 %. Dan perolehan nilai meningkat pada siklus II menjadi 72,5 % keaktivan siswa dalam diskusi kelompok sudah baik, 25,7 % cukup dan 1,7 % kurang aktif. Dengan demikian keaktifan siswa kelas V SDN Pohsangit Ngisor selama proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) sudah meningkat.

Kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran sains di kelas V dalam menerapkan model pembelajaran CTL Contextual Teaching and Learning) pada pelaksanaan siklus I dan II sudah mengalami peningkatan. Pengelolaan kelas yang dilaksanakan guru mulai dari awal pembelajaran sampai berakhirnya pembelajaran mengalami peningkatan. Hal ini dilakukan pada perbaikan pada kinerja guru di siklus I yaitu guru masih belum bisa mengkondisikan siswa dalam proses pembelajaran, guru belum maksimal memotivasikan siswa, guru belum maksimal menggunakan waktu yang ada. Sehingga pada siklus II peneliti bersama guru mengevaluasi pelaksanaan kinerja guru melalui pengamatan observasi untuk diperbaiki. Dan hasil dari pelaksanaan siklus II lebih baik dari pelaksanaan siklus I. Ini terbukti dari hasil data penilaian aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran sudah mengalami peningkatan pula.

Pada perolehan hasil belajar siswa pelaksanaan sebelum diberikan tindakan pada pelaksanaan siklus I. Siswa diberikan soal pre test I sebelum menerima materi pelajaran pada siklus I. Data ketuntasan siswa sebanyak 14 siswa dengan prosentase ketuntasan secara klasikal 40 %. Dan data siswa tidak tuntas dalam pelaksanaan pre test I sebanyak 21 siswa dengan presentase ketidaktuntasan secara klasikal 60 % dengan rata-rata kelas 63,7. Dengan demikian rata-rata nilai yang di dapat siswa kelas V dibawah nilai Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 65 di SDN Pohsangit Ngisor. Serta presentase ketuntasan pada pelaksanaan pre test I yang diperoleh belum mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu dengan nilai ≥ 85%. Sedangkan hasil belajar pada post test siklus I diperoleh data ketuntasan siswa sebanyak 26 siswa dengan prosentase ketuntasan secara klasikal 74,3%. Dan data siswa tidak tuntas dalam pelaksanaan post test I sebanyak 9 siswa dengan presentase ketidaktuntasan secara klasikal 25,7 % dengan rata-rata kelas 70,8. Dengan demikian rata-rata nilai kelas di atas SKM sekolah yaitu 65. Dan belum mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu ≥ 85%

Pada pelaksanaan siklus II hasil belajar dari pre test II data ketuntasan siswa sebanyak 18 siswa dengan prosentase ketuntasan secara klasikal 51,4 %. Dan data siswa tidak tuntas dalam pelaksanaan pre test II sebanyak 17 siswa dengan presentase ketidaktuntasan secara klasikal 48,6 % dengan rata-rata kelas 64,5. Dengan demikian rata-rata nilai yang di dapat siswa kelas V dibawah nilai Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 65 di SDN Pohsangit Ngisor. Serta presentase ketuntasan pada pelaksanaan pre test II yang diperoleh belum mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu dengan nilai ≥ 85%. Sedangkan penilaian hasil belajar pada pemberian post test pada siklus II diporoleh data ketuntasan siswa sebanyak 31 siswa dengan prosentase ketuntasan secara klasikal 88,6 % Dan data siswa tidak tuntas dalam pelaksanaan post test Siklus II sebanyak 4 siswa dengan presentase ketidaktuntasan secara klasikal 11,4 % dengan rata-rata kelas 79,4. Dengan demikian rata-rata nilai yang di dapat siswa kelas V sudah di atas nilai Standar Ketuntasan Minimal (SKM) yaitu 65 di SDN Pohsangit Ngisor. Serta presentase ketuntasan pada pelaksanaan post test Siklus II yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan secara klasikal yaitu dengan nilai ≥ 85%.

Dengan demikian penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SDN Pohsangit Ngisor dengan penerapan model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

· Siswa kelas V SDN Pohsangit Ngisor Kabupaten Probolinggo telah mengalami peningkatan aktivitas dan hasil belajar melalui penerapan CTL.

· Siswa lebih aktif dan kritis karena selama proses belajar mengajar siswa lebih terlibat langsung selama kegiatan. Serta guru kreatif dalam mengarahkan siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri.

· Hasil belajar siswa kelas V SDN Pohsangit Ngisor Kabupaten Probolinggo dengan menerapkan model pembelajaran CTL (Contextual Teching and Learning) pada pembelajaran Sains meningkat dari pelaksanaan tindakan siklus I ketuntasan hasil belajar siswa 74,3 % dan pelaksanaan tindakan siklus II ketuntasan hasil belajar siswa 88,6%.

Peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

· Dalam proses pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) diharapkan peran guru lebih kreatif dalam memotivasi siswa agar dapat menemukan pengetahuannya sendiri

· Untuk mendukung proses pembelajaran yang baik diperlukan media pembelajaran yang menarik agar siswa tidak bosan dan lebih memahami materi yang akan di pelajari.

· Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keefektifan pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung : Yrama Widya.

Hasibuan, JJ & Moedjiono. 1986. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remadja Karya CV.

Johnson, E. B. 2010. CTL Contextual Teaching & Learning Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung : Kaifa.

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : PT Refika Aditama.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.

Sukidin, Basrowi, dan Suranto. 2007. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Insan Cendekia.

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Edisi Kelima. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel Makalah, Tugas akhir, Laporan Penelitian Edisi Kelima. Malang : UM Press.


Baca Selengkapnya...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Terima kasih telah berkunjung.
Jangan Lupa komentarnya ya.
by Rilvan And Diah