v DEFINISI PROFESI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
Profesi dapat diartikan sebagai suatu lapangan pekerjaan yang dalam, tugasnya memerlukan : norma tertentu sesuai dengan peranannya di masyarakat, teknik dan prosedur yang ilmiah, dedikasi serta cara menyikapi lapangan pekerjaan yang berorientasi pada pelayanan yang dilandasi pada tindakan bijaksana berdasar keahliannya.
Tenaga profesi teknologi pendidikan adalah tenaga ahli atau mahir dalam membelajarkan peserta didik dengan memadukan secara sistematik komponen sarana belajar meliputi orang, isi ajaran, media atau bahan ajaran, peralatan, teknik, dan lingkungan.
Ciri utama dalam profesi Teknologi Pendidikan adalah adanya kode eti, pendidikan dan latihan yang memadai, serta pengabdian yang terus-menerus. Teknologi pendidikan berniat dan bersikap agar tiap pribadi mendapat kesempatan berkembang seoptimal mungkin melalui pendidikan dengan mengembangkan dan menggunakan teknologi selaras dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan, agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Tenaga profesi teknologi pendidikan mempunyai tanggungjawab kepada peserta didik, kepada masyarakat, kepada rekan seprofesi dan profesi lain yang berkaitan, serta kepada profesinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya.
Dengan makin pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan informasi serta makin kompleksnya usaha pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia para ahli yang bergerak dalam bidang teknologi pendidikan bertukar pengalaman, peningkatan keprofesian, dan untuk menjaga keselarasan antara perkembangan Iptek dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan belajar.
Wadah untuk menampung kegiatan profesional bidang teknologi pendidikan dalam melakukan tugasnya di masyarakat adalah Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indoanesia (IPTPI). Dikatakan sebagai seorang yang ahli dalam bidang teknologi jika ia melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk Kawasan Teknologi Pendidikan. Dalam melaksankan pekerjaannya, berpegang pada kerangka teoritis dan menggunakan teknik intelektual dan teknologi pendidikan. Serta telah memenuhi tolok-ukur yang dituntut untuk dapat bekerja dalam bidang teknologi pendidikan.
v KECENDERUNGAN DI PROFESI TEP YANG MENARIK UNTUK DIKAJI
Teknologi Pendidikantidaklah bekerja dalam suatu ruangan yang hampa. Pertama, teknologi pendidikan bekerja dalam suatu masyarakat, dan karena itu harus menghadapi semua persoalan yang ada dalam masyarakat, misalnya masalah rasial, perbedaan kelamin, kemanusiaan, penyensoran dan sebagainya. Kedua, seperti halnya dengan bidang-bidang profesi lainnya, teknologi pendidikan bergerak dan bekerja dalam lapangan kependidikan, oleh karena itu hendaklah mengembangkan hubungan yang baik dengan profesi-profesi lain yang juga bergerak dan bekerja dalam pendidikan. Jika teknologi pendidikan itu berkeinginan menjadi satu profesi sejati, teknologi pendidikan tidak dapat menutup matanya dan berpura-pura seolah-olah isu-isu tersebut di atas tidak ada. Teknologi Pendidikan haruslah menghadapi isu-isu tersebut, dan kemudian menentukan sikap terhadapnya.
Pekerjaan teknologi pendidikan dalam konteks masyarakat sebagai satu keseluruhan. Pertama, apakah teknologi pendidikan memihak ataukah netral berkenaan dengan tujuan-tujuan yang dicapainya ? Kedua jika memihak, tujuan-tujuan apakah yang harus dicanangkan ?
Profesi Memihak. Teknologi pendidikan ialah alat untuk mencapai tujuan-tujuannya ialah memudahkan belajar manusia. Akan tetapi : Sering teknologi yang cenderung membuat tujuan-tujuan atau hasil-hasil yang hendak dicapai itu menjadi kabur atau bahkan menghilang, dan diganti oleh teknologi yang berupa alat sebagai tujuan. Satu pertanyaan penting yang ditarik dari asumsi ini ialah : Haruskah seorang ( atau suatu bidang ) yang memperihatikan dengan mana sarana itu digunakan.
Jawaban atas pertanyaan di atas yang diungkapkan tapi tidak dicanangkan oleh Lerner (1957, hlm 236) ialah bahwa teknologi pendidikan dan ahli teknologi pendidikan, seharusnyalah berperan sebagai orang ”teknisi netral”. Dalam pengertian keterlepasannya dari kegandrungan, keterkaitan ataupun nilai kecuali pada keterampilannya melakukan. Mereka memusatkan perhatiannya tentang keterampilan mereka dan bukan pada penggunaan keterampilan itu sendiri.
Profesional memihak haruslah mengemukakan pertanyaan tentang bagaimana sumber-sumber yang diadakan atau digunakan mempengaruhi keseluruhan masyarakan, termasuk kehidupan ilmuwan itu sendiri. Spesialis memihak haruslah menanyakan apa yang harus dilakukan jika ia tidak setuju dengan isi pesan-pesan dari sebuah sumber.
Tidaklah begitu penting bagaimana seorang ahli pendidikan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Yang penting ialah pertanyaan-pertanyaan tersebut nampak sikapnya yang memihak hasil dan tujuan yang sebenarnya dari alat yang dipakai. Beberapa orang percaya bahwa profesi memihak itu haruslah bertindak lebih jauh daripada hanya mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu sampai pada penentuan posisi nilai-nilai yang dianut bagi profesi. Mereka percaya bahwa ahli teknologi pendidikan :
Memiliki sesuatu sebagai urutan pertama dalam wira mereka kesungguhan, ketelitian dan kepentingan untuk menyusun nilai-nilai, yang menjadi dasar bagi mereka bertindak memainkan peranan mereka. Masalah ini dikemukakan karena amat kuatnya pengaruh-pengaruh teknologi pendidikan, maka teknik dan penerapannya pada masa yang akan datang mungkin dapat digunakan untuk menyelewengkan pengetahuan dan informasi bagi tujuan-tujuan yang tak bermoral. Guna mencegah terjadinya kemungkinan yang demikian, AECT ( The Association for Educational Communication and technology ) dan penulis-penulis dalam bidang teknologi pendidikan telah mencanangkan bermacam-macam tujuan. Sikap yang didasarkan pada norma tersebut menyangkut persoalan-persoalan kebebasan intelektual, tindakan afirmatif, stereotip, dan penerapan teknologi secara manusiawi.
Bagaimanakah seharusnya orang-orang yang berada dalam profesi teknologi pendidikan berhubungan dengan orang-orang lain itu yang menganggap bahwa bidang profesi mereka bukan teknologi pendidikan ?
Teknologi pendidikan begerak dalam konteks usaha kependidikan yang lebih luas, karena itu juga berada dalam konteks profesi, dan orang-orang lain yang terlibat dalam memberikan kemudahan belajar. Ahli Teknologi pendidikan bukanlah satu-satunya orang yang dapat membuat keputusan tentang bagaimana memudahkan belajar melalui pengidentifikasian, pengembangan, organisasi dan pemanfaatan sumber-sumber belajar. Guru, spesialis kurikulum, administrator, spesialis isi (mata pelajaran), ahli perpustakaan dan bahkan siswa, semuanya terlibat dalam proses tersebut.
Secara praktis, hubungan kerja itu berarti ’ Siapa yang membuat keputusan-keputusan akhir mengenai kemudahan belajar dan bagaimana keputusan-keputusan yang demikian dilakukan dan diambil”. Ada empat macam hubungan pengambilan keputusan yang mungkin antara teknologi pendidikan dan profesi lain :
1. teknologi pendidikan bekerja dengan berperanan sebagai subordinasi terhadap profesi-profesi lain dengan diberi wewenang atau tanggungjawab pengambilan keputusan instruksional yang sempit sekali;
2. teknologi pendidikan dalam hal pengambilan keputusan berada di atas profesi-profesi lain dan mengemban peranan yang menentukan dalam pengambilan keputusan instruksional;
3. teknologi beserta tujuan dan alat-alatnya secara bertahap beradopsi dan menjadi tujuan-tujuan dan alat-alat profesi lainnya, jadi meniadakan persoalan siapa yang harus membuat dan mengambil keputusan;
4. tekonologi pendidikan berperan serta dan bersama profesi lain membuat dan mengambil keputusan, menetapkan bersama bidang mana yang akan membuat keputusan terakhir dengan mengingat dan memperhatikan tuntutan-tuntutan spesifik dari situasi dan kondisi lembaga yang bersangkutan.
Sebagai masa di mana kita mendengar sejawat ahli pendidikan dan masyarakat umumnya. Dengan berbuat demikian kita mengambil risiko kehilangan kebebasan kita, dan mungkin pula keamanan kita. Akan tetapi dalam saling ketergantungan itu bisa mungkin menandapatkan sesuatu yang lebih besar nilainya daripada seandainya kita menutupi dan menyembunyikan apa-apa yang kita capai di balik tembok-tembok tebal.
v LANDASAN TEORI UNTUK BIDANG PROFESI TEP
Untuk mendefinisikan teknologi pendidikan sebagai konstruk teoritik, hanya diperlukan karakteristik pertama di atas atu kesatuan teori inteltual, yang selalu dikembangkan melalui kegiatan penelitian.
Menurut Finn Karakteristik yang paling mendasar dan paling penting ialah bahwa keterampilan itu didasarkan atas satu kebulatan teori intelektual dan penelitian. Lebih jauh, teori yang sistematik ini senantiasa dikembangkan melalui usaha penelitian dan pemikiran dalam kerangka profesi tersebut. Seperti dikatan Whitehead, ” praktek profesi tersebut tidak dapat dipisahkan dari pemahaman teoritiknya atau sebaliknya. Antitesis terhadap suatu profesi adalah pelaksanaan tugas (pekerjaan) yang didasarkan atas kebiasaan yang dimodifikasi sesuai dengan hasil pelaksanaan mencoba-coba. Pekerjaan demikian hanyalah merupakan pertukangan.Jikalau dikehendaki adanya definisi teknologi pendidikan yang memenuhi persyaratan ini, maka definisi itu harus memenuhi persyaratan untuk definisi suatu teori.
Definisi Teori. Istilah ”teori” yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai lawan kata ”praktek”, mempunyai arti yang jelas.
1. Suatu prinsip umum, yang didukung oleh data yang lengkap, dimaksudkan sebagai penjelasan terhadap sekelompok gejala (fenomena) ; sebuah pernyataan tentang hubungan yang dianggap tetap berlaku terhadap sejumlah fakta yang komprehensif.
2. Suatu prinsip atau serangkaian prinsip yang menerangkan sejumlah hubungan antara berbagai fakta dan meramalkan hasil-hasil baru bedasar atas fakta-fakta ini.
Karakteristik Teori. Berdasar atas definisi-definisi tersebut dan lain-lain tulisan tentang teori (Klausmier & Goodwin, 1966; Heinich, 1970; Arnoult, 1972), dapat diidentifikasi karakteristik teori sebagai berikut ;
Adanya suatu gejala_harus masih ada beberapa gejala yang belum difahami dengan sejelas-jelasnya menurut pengetahuan yang ada sekarang;
Menjelaskan_sebuah teori memberikan penjelasan tentang mengapa atau bagaimana gejala itu terjadi (sebagai kebalikan dari penegasan sederhana terhadap eksistensi suatu gejala);
Merangkum_sebuah teori memberikan rangkuman tentang apa yang telah diketahui tentang hubungan antara sejumlah besar informasi empirik, konsep, dan generalisasi;
Memberikan orientasi_menentukan dan mempertajam fakta-fakta yang akan diteliti (dipelajari) serta membedakan antara data yang relevan dengan data yang tidak relevan;
Mensistematiskan_memberikan skema untuk mensistematiskan, mengklasifikasikan, dan menghubungkan segala gejala, postulat dan dalil yang serasi;
Mengidentifikasikan kesenjangan_mencari bidang-bidang yang relevan namun diabaikan atau belum dipecahkan pada masa kini maupun buat studi di masa mendatang;
Melahirkan strategi untuk melahirkan riset_memberikan dasar untuk merumuskan hipotesis baru dan melaksanakan riset lebih mendalam berdasar atas penjelasan tersebut;
Prediksi_dapat mengungkap hal-hal melebihi dari apa yang bisa diketahui berdasar atas data empirik sehingga dapat membuat estimasi dan memprediksi fakta baru dan hipotesis yang belumdiketahui pada saat sekarang.
Jika definisi tersebut menunjukkan adanya gejala yang pada saat sekarang belum dimengerti; menjelaskan, mengikhtisarkan, menelaah, membuat sistematika, mengidentifikasi kesenjangan yang berhubungan dengan gejala tersebut; melahirkan strategi untuk mengadakan penelitian dan membuat estimasi (prediksi) tentang hal tersebut, maka definisi itu dapat dikatakan memenuhi syarat sebagai teori.
v INTERAKSI DENGAN DOSEN KHUSUSNYA MK. PROFESI TEP
Mata kuliah Profesi Teknologi merupakan matakuliah yang dibimbing oleh Bapak I Nyoman Sudana Degeng. Kesan saya dalam interaksi yang diajarkan atau sistem pembelajaran yang diberikan oleh beliau sangatlah mendewasakan peserta didik. Beliau menggunakan Konstruktivistik dalam pengajarannya yaitu peserta didik dituntuk untuk selalu mandiri, dewasa. Sebab kontruktivisme beda dengan Behavioristik yaitu peserta didik ibarat selalu dituntun dari belakang sehingga peserta didik yang memiliki karakteristik yang kurang aktif selalu menggantungkan pada dosen. Sebaliknya konstruktivis menuntut agar peserta didik mandiri mesikipun dosen tidak ada di tempat peserta didik dapat mempelajarinya dari berbagai sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang harus dipecahkan.
Beliau menerapkan konstruktivis ini terlihat pada perkuliahan mata kuliah profesi TEP meskipun sebelumnya saya tidak bisa beradaptasi tetapi kemudian saya menyadari bahwa apa yang beliau terapkan dalam penyampaian mata kuliahnya. Bahwa inilah yang sangat berarti dan inilah yang saya peroleh untuk membangkitkan semangat saya untuk selalu maju dan maju. Seperti halnya apa yang dikata beliau yakni ”saya selama awal mengikuti pendidikan tidak pernah saya ingat tentang apa yang guru/dosen berikan dalam materinya karena jika saya ingat saya selalu ada dibawah dan ilmu saya tidak berkembang/maju untuk mengalahkan guru/dosen saya.(mungkin kalau mereka sudah meninggal baru saya ada di atas). Prinsip beliau selalu dan selalu menciptakan hal yang baru dengan menemukan yang baru dan memecahkan suatu permasalahan. Beliau juga tidak pernah putus asa, beliau selalu mengulang kata-kata jika anda berada diatas ciptakanlah temukanlah hal yang baru sehingga orang lain tidak tahu selain anda sendiri”.
Dari penuturan beliau tersebut meskipun banyak humornya tetapi menurut saya kata-katanya penuh bermakna dan perlu untuk dicerna/difahami pelan-pelan maksud katanya. Intinya kita sebagai peserta didik dituntut untuk selalu dewasa, jika diberikan tugas jangan menunggu ada perintah tetapi carilah secepat mungkin beliau juga mengajarkan arti hidup manusia sebenarnya untuk mencapai sukses. Sebelumnya saya sampaikan terimakasih bapak.
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda berkaitan dengan postingan di atas. jika anda tidak memiliki username di google atau blog lain. Anda dapat memilih sebagai "Anonymous". Blog ini menganut system DO FOLLOW
Diharapkan agar komentar bukan SPAM, berbau SARA, dan PORN Terimakasih telah berkomentar :)