Kota Probolinggo merupakan salah satu kota dari 38 Kota / Kabupaten yang ada di Propinsi Jawa Timur, yang terletak didaerah pantai utara Pulau Jawa. Letak Kota Probolinggo berada pada 7°43'41" - 7°49'04" Lintang Selatan dan 113°10' - 13°15' Bujur Timur dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 4 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah kota Probolinggo di sebelah utara berbatasan dengan selat Madura, di sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Dringu wilayah kabupaten Probolinggo, disebelah selatan berbatasan dengan kecamatan leces, kecamatan Wonomerto, kecamatan Bantaran dan kecamatan Sumberasih yang ketiga-tiganya termasuk dalam wilayah kabupaten Probolinggo, sedangkan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Sumberasih, wilayah kabupaten Probolinggo. Kota Probolinggo mempunyai luas wilayah 56.717 Ha, yang secara administrasi terbagi menjadi 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Mayangan, Kecamatan Kademangan, Kecamatan Wonoasih, Kecamatan Kanigaran, dan Kecamatan Kedupok yang terdiri dari 29 Kelurahan
Pada zaman pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), Raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama "Banger", yaitu nama sebuah sungai yang mengalir di tengah daerah. Banger merupakan pendukuhan kecil di bawah pemerintahan Akuwu di Sukodono. Nama Banger dikenal dari buku Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga kerajaan Majapahit yang terkenal, yaitu Mpu Prapanca. Tanggal 4 September 1359 Masehi ditetapkan sebagai hari jadi atau hari lahirnya Kota Probolinggo. Penetapan tanggal di atas didasarkan atas perjalanan sejarah bangsa dimana pada masa silam Kerajaan Majapahit diperintah oleh Prabu Hayam Wuruk pernah mengalami kejayaannya didalam penyelenggaraan pemerintahan maupun keberhasilannya dalam mempersatukan nusantara.Dalam upaya mendekatkan diri dengan rakyatnya, maka Prabu Hayam Wuruk dengan didampingi Patih Amangku Bumi Gajah Mada melakukan perjalanan mengelilingi ke daerah-daerah antara lain Lumajang dan Bondowoso. Perjalanan tersebut dimaksudkan agar Sang Prabu dapat melihat sendiri bagaimana kehidupan wong cilik di desa-desa dan sekaligus apakah perintahnya benar-benar dilaksanakan oleh para pembantunya. Dalam perjalanan inspeksi tersebut, Prabu Hayam Wuruk singgah di desa Banger, desa Beremi, dan desa Borang. Desa di atas sekarang menjadi bagian wilayah administrasi Kecamatan Mayangan Kota Probolinggo (Kelurahan Sukabumi, Mangunharjo, Wiroborang)
Singgahnya Prabu Hayam Wuruk di desa Beremi, Banger, dan Borang, disambut oleh masyarakat sekitar dengan penuh sukacita. Pada hari kamis pahing (Respati Jenar) tanggal 4 September 1359 Masehi, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan kepada rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada disekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Perintah Sang Prabu pada tanggal 4 September 1359 tersebut dijadikan sebagai landasan sejarah hari jadi Kota Probolinggo, kenegaran/kekuasaan di zaman Kerajaan Majapahit, pemerintahan di Banger juga mengalami perubahan/perubahan / perkembangan seirama dengan perkembangan zaman, Semula Banger merupakan pedukuhan kecil, kemudian berkembang menjadi Pakuwon yang dipimpin oleh seorang Akuwu, di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Pada saat itu Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa, Banger yang merupakan perbatasan antara Majapahit dan Blambangan dikuasai pula oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prab Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan "Perang Paregreg".
Pada masa pemerintahan VOC, setelah kompeni dapat meredakan Mataram, dalam perjanjian yang dipaksakan Kepada Sunan Pakubuwono II di Mataram, seluruh daerah di sebelah timur Pasuruan, termasuk Banger, diserahkan kepada VOC pada tahun 1743. Untuk memimpin pemerintahan di Banger, pada tahun 1746 VOC mengangkat Kyai Djojolelono sebagai Bupati pertama di Banger, dengan gelar Tumenggung. Kabupatennya terletak di desa Kebonsari Kulon. Kyai Djojolelono adalah putera Kyai Bolo Djolodrijo (Kiem Boen), Seorang patih Pasuruan. Pada akhirnya Tumenggung Djojolelono diganti oleh Tumenggung Djojonegoro. Ketika Tumenggung Djojonegoro memegang pemerintahan, pada tahun 1770 nama Banger diganti menjadi PROBOLINGGO, dimana PROBO dalam bahasa sanserketa berarti Sinar sedangkan LINGGO berarti Tanda Peringatan / Tugu. Hal ini ada hubungannya dengan cerita kuno, yaitu jatuhnya sebuah benda bercahaya (meteor) dan tempat jatuhnya benda tersebut oleh raja-raja dahulu dipilih sebagai tempat untuk mendapatkan perdamaian dan mengakhiri perselisihan. Tambahan lagi dari saya bahwa kotaku "Probolinggo" memiliki kata semboyan KOTA BAYUANGGA,pasti kalian pada tanya apa arti dari Bayuangga itu. Arti dari Kata Bayuangga dimana dari kata BAYU artinya Angin, memang benar salah satu dari kota probolinggo terkenal dengan anginnya. Angin ini bernama angin "Gending" dan nama gending didapat dari sebuah nama daerah yang ada di Kabupaten Probolinggo (daerah Gending/Sebaung). Dan kata berikutnya yakni ANGGA yang mempunyai arti dari dua kata yang menjadi salah satu icon di Kota Probolinggo yakni dari buah Anggur dan MangGa.
Jika Anda menginginkan Peta Probolinggo, beserta Peta Kecamatan dan Peta Kelurahan yang ada di Kota Probolinggo, Anda dapat mendownloadnya di bawah ini :
Password mediafire :
Password file [.rar] :
Untuk file download Peta Probolinggo dapat mengklik tombol download di bawah ini
Untuk file download Peta Kecamatan Kademangan beserta Kelurahan Kota Probolinggo dapat mengklik tombol download di bawah ini
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda berkaitan dengan postingan di atas. jika anda tidak memiliki username di google atau blog lain. Anda dapat memilih sebagai "Anonymous". Blog ini menganut system DO FOLLOW
Diharapkan agar komentar bukan SPAM, berbau SARA, dan PORN Terimakasih telah berkomentar :)